Dusun Bidi Hunga, Desa Tamburi – Rabu, 23 April 2025 — Dalam upaya meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap penyakit menular, UPKM/CD Bethesda YAKKUM Wilayah Sumba Timur menggelar kegiatan Sosialisasi Kesehatan Dasar : Cegah Penyakit Menular Tuberkulosis dan HIV/AIDS. Kegiatan ini dilaksanakan di Dusun Bidi Hunga, Desa Tamburi, dan dihadiri oleh kader TB, kader posyandu, tenaga kesehatan desa, serta masyarakat setempat.
Sosialisasi ini menghadirkan dua pemateri utama dari Puskesmas Tanaraing. Ibu Imelda R. Kahi, selaku Pengelola Program Tuberkulosis (TB), memaparkan gejala, cara penularan, serta pentingnya deteksi dini dan pengobatan TB hingga tuntas. Sementara itu, Ibu Dembi Tamar, Pengelola Program HIV/AIDS, menjelaskan mengenai penularan, pencegahan, dan pentingnya menghilangkan stigma terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).
Dalam sambutannya, Ibu Astantry Jama, Area Manager UPKM/CD Bethesda YAKKUM Wilayah Sumba Timur, menekankan pentingnya edukasi berkelanjutan dalam pencegahan penyakit menular di masyarakat.
"Kami ingin masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga kesehatan, memahami cara penularan penyakit, dan berani memeriksakan diri jika ada gejala. Edukasi seperti ini adalah langkah awal untuk menciptakan desa yang sehat" ujar Astantry.
Bapak Yan Mangu Abi, Kepala Puskesmas Tanaraing, mengapresiasi kolaborasi antara UPKM/CD Bethesda YAKKUM dan pihak puskesmas.
"Sosialisasi ini sangat penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, khususnya dalam mencegah penyebaran TB dan HIV yang masih menjadi tantangan di wilayah kita. Kami harap masyarakat menjadi lebih aktif dalam menjaga kesehatan lingkungan dan keluarga" kata Yan.
Disela pemaparan materi ada Kesaksian Bapak Anji Karau Eti Sembuh dari Tuberkulosis Setelah 6 Bulan Minum Obat Tanpa Putus "Saya pernah kena TB. Awalnya saya tidak tahu kalau itu penyakit serius. Batuk tidak sembuh-sembuh, badan lemas, berat badan turun terus."
Begitulah cerita Bapa Anji Karau Eti, salah satu warga Dusun Bidi Hunga, saat membagikan pengalamannya melawan penyakit Tuberkulosis.
Bapa Anji menceritakan bahwa saat pertama kali diminta untuk melakukan pemeriksaan dahak, ia sempat kesulitan mengeluarkan dahak yang cukup untuk diuji di laboratorium. Namun, ia mendapatkan saran dari petugas kesehatan untuk minum teh manis hangat sebelum mengeluarkan dahak.
"Katanya supaya tenggorokan lebih lega dan dahak cepat keluar. Betul, setelah minum teh manis, saya bisa keluarkan dahak dengan baik" kenangnya.
Setelah hasil pemeriksaan menunjukkan ia positif TB, Bapa Anji langsung memulai pengobatan sesuai arahan petugas. Ia mengaku awalnya sempat ragu, apalagi mendengar bahwa pengobatan TB harus dijalani selama 6 bulan penuh tanpa boleh putus.
"Saya pikir ini obat terlalu lama, tapi petugas bilang kalau berhenti di tengah jalan, penyakit bisa datang lagi dan lebih susah sembuhnya" ujar Bapa Anji.
Dengan semangat dan dukungan keluarga, Bapa Anji pun menjalani pengobatan secara disiplin. "Setiap hari saya minum obat. Kadang badan lemas, kadang mual, tapi saya teruskan. Saya ingat kata petugas, kalau minum obat teratur, saya bisa sembuh" katanya.
Setelah enam bulan berjuang, akhirnya ia dinyatakan sembuh dari TB. "Saya bersyukur sudah sehat kembali. Saya ingin semua orang tahu, TB bisa disembuhkan asal kita tidak malas minum obat dan tidak takut periksa" kata Bapak Anji
Kegiatan ini berlangsung interaktif, di mana peserta diberikan kesempatan untuk bertanya langsung kepada narasumber dan mendapatkan penjelasan yang mudah dipahami. Dengan pendekatan yang edukatif dan partisipatif, diharapkan masyarakat dapat menjadi agen perubahan dalam pencegahan penyakit menular di lingkungan masing-masing. (Tim SID Tamburi)